Di suatu tempat tersebutlah daerah lembah yang sejuk, bernama dusun SukaSuka. Di dusun tersebut hanya sedikit orang yang tinggal disana, kira-kira hanya ada 22 kepala keluarga bersama anak dan istrinya. diantara 22 kepala keluarga itu, hidup sepasang suami istri bernama Kartina dan Kartono.
Sudah hampir 12 tahun mereka menikah, dan sampai saat ini belum di karunia momongan. Namun dalam penantian bertahun-tahun itu, mereka tetap bersama baik suka, maupun duka. Kartina, adalah anak juragan tanah di desa seberang, desa sukatanem. dan kartono hanya seorang laki-laki yang dibesarkan dari keluarga yang biasa-biasa saja.
Suatu saat, ibu kartina berkata kepada suaminya:
"pak, sebentar lagi hari ibu kartini. kita rayain yuk sekali-kali"
"heh.. emang ibu kartini siapa toh bu? kok harus di rayakan"
"itu loh pak, yang menggagas emansepasi wanita dan penulis buku habis gelap barulah pulang"
"bapak ga kenal bu.. seumur hidup, bapak kan cuma kenal ibu sama orang tua bapak"
"yah.. pokoknya kita harus rayain titik!" ucap ibu kartina yang melenggang lurus menuju dapur, menyisakan pak kartono yang terdiam kebingungan sambil menatatap istrinya melenggang pergi.
Esok hari, ketika pagi menyingsing dan pak kartono akan berangkat menuju sawah untuk bercocok tanam, ibu kartina pun berucap
"pak, ingat ya besok kita rayain ibu kartini" ucap ibu kartina sambil memasukan rantang untuk makan siang pak kartono. lalu pergi kembali menuju dapur.
Pak kartono masih bingung dengan sikap istrinya, dalam pikirannya, sudah tidak kenal kenapa harus di rayain pula. Dengan sejuta pertanyaan, pak kartono lalu melangkah pergi menuju sawah. dalam pikiran pak kartono , ia merasa kebingungan. Dengan cara apa merayakannya.
Lalu, dari kejauhan dia melihat sebuah SD yang ada satu-satunya di dusun tersebut.
"Baiklah, lebih baik bertanya kepada bapak guru disana. mungkin pak guru tahu siapa ibu kartini" ucap pak kartono di dalam hati.
"Permisi pak guru.. apakah saya mengganggu, saya mau bertanya sedikit" ucap pak kartono
"Silakan masuk pak, oh tidak pak, bel sekolah belum berbunyi. lagi pula anak-anak juga belum datang, ada yang bisa saya bantu?"
"maaf pak guru, perkenalkan saya kartono pak, saya tinggal di bawah bukit di ujung sawah sana" ucap pak kartono sembari menunjuk ke salah satu arah panah dengan tangannya.
"ada yang saya bisa bantu pak kartono?" tanya pak guru.
"begini pak, saya mau tanya siapa kan ibu kartini itu? istri saya tiba-tiba ingin merayakannya. saya ngga kenal kok disuruh memperingati?"
"oh, ibu Kartini itu salah satu pahlawan perempuan bangsa indonesia pak, bersama dengan Cut Nyak Dhien atau Martha Christina Tiahahu"
" oh mereka bersama-sama berjuang pak guru?"
"tidak mereka beda jaman, dan beda daerahnya perjuangannya"
"Ibu kartini adalah pejuang persamaan hak dan azasi wanita, sedang cut nyak dien dan martha christina tiahahu adalah pejuang perang melawan penjajah"
"Kenapa harus ibu kita kartini yang di peringati, kenapa mereka selaku pejuang tidak di peringati juga?"
"Bukan tidak di peringati, semua pejuang harus di peringati dan di hormati. Ibu kartini bagi wanita adalah sosok perjuangan kaum wanita, yang saat ini semua wanita di indonesia menikmatinya. sedangkan cut nyak dien dan martha christina tiahahu adalah pejuang yang dapat kita peringati bersama dengan pejuang-pejuangan lainnya dalam merebut kemerdekaan."
"lalu cara memperingatinya gimana pak?"
" Di berbagai daerah sih, cara memperingatinya dengan cara memakai kebaya.. ada yang memakai baju adat wanita selama 1 hari.."
"ohh gitu ya pak, "
*tuuuuuttttttt..* bunyi bel sekolah menandakan murid-murid SD bersiap masuk.
"terima kasih penjelasannya pak guru" ucap pak kartono sembari berusaha meraih tangan pak guru untuk salaman.
"eh sebentar pak kartono..."
Dengan senyum sumringah, pak kartono berlalu pergi. Saat itu juga, langkahnya bukan ke sawah tapi malah ke arah lain, yaitu menuju pasar ambruk di desa seberang.
Esok harinya...
Pagi-pagi buta, saat sang fajar menyingsing di ufuk timur, di sertai kabut putih yang menyelimuti dahan-dahan hijau bersemayam, goresan sapu lidi menyapu tanah ibu kartina menyapa pagi itu. Seperti biasa, halaman rumah selalu dirapikan oleh ibu kartina sebagai kewajiban kebersihan dan olah raga setiap hari.
Pak kartono diam-diam menyimpan sebuah kejutan untuk ibu kartina, dengan melangkah tegap dan senyum terhias di balik kumisnya yang tebal, pak kartono pun membuka pintu dan berkata
"ibu, lihat hari ini kita rayakan ibu kartini hehehe"
sambil menunjukan baju kebaya warna hijau muda.. yang dipakai oleh pak kartono, lengkap dengan artibut kembennya.
"Astaga bapaaaakkkk!!!" sambil di lemparlah sapu lidi menuju suaminya.
**** selesai***
" oh mereka bersama-sama berjuang pak guru?"
"tidak mereka beda jaman, dan beda daerahnya perjuangannya"
"Ibu kartini adalah pejuang persamaan hak dan azasi wanita, sedang cut nyak dien dan martha christina tiahahu adalah pejuang perang melawan penjajah"
"Kenapa harus ibu kita kartini yang di peringati, kenapa mereka selaku pejuang tidak di peringati juga?"
"Bukan tidak di peringati, semua pejuang harus di peringati dan di hormati. Ibu kartini bagi wanita adalah sosok perjuangan kaum wanita, yang saat ini semua wanita di indonesia menikmatinya. sedangkan cut nyak dien dan martha christina tiahahu adalah pejuang yang dapat kita peringati bersama dengan pejuang-pejuangan lainnya dalam merebut kemerdekaan."
"lalu cara memperingatinya gimana pak?"
" Di berbagai daerah sih, cara memperingatinya dengan cara memakai kebaya.. ada yang memakai baju adat wanita selama 1 hari.."
"ohh gitu ya pak, "
*tuuuuuttttttt..* bunyi bel sekolah menandakan murid-murid SD bersiap masuk.
"terima kasih penjelasannya pak guru" ucap pak kartono sembari berusaha meraih tangan pak guru untuk salaman.
"eh sebentar pak kartono..."
Dengan senyum sumringah, pak kartono berlalu pergi. Saat itu juga, langkahnya bukan ke sawah tapi malah ke arah lain, yaitu menuju pasar ambruk di desa seberang.
Esok harinya...
Pagi-pagi buta, saat sang fajar menyingsing di ufuk timur, di sertai kabut putih yang menyelimuti dahan-dahan hijau bersemayam, goresan sapu lidi menyapu tanah ibu kartina menyapa pagi itu. Seperti biasa, halaman rumah selalu dirapikan oleh ibu kartina sebagai kewajiban kebersihan dan olah raga setiap hari.
Pak kartono diam-diam menyimpan sebuah kejutan untuk ibu kartina, dengan melangkah tegap dan senyum terhias di balik kumisnya yang tebal, pak kartono pun membuka pintu dan berkata
"ibu, lihat hari ini kita rayakan ibu kartini hehehe"
sambil menunjukan baju kebaya warna hijau muda.. yang dipakai oleh pak kartono, lengkap dengan artibut kembennya.
"Astaga bapaaaakkkk!!!" sambil di lemparlah sapu lidi menuju suaminya.
**** selesai***
No comments:
Post a Comment
Silakan comment, curhat, kritik, dan saran disini. Gratis.