"jangan tanya tahun berapa, tapi
tanya berapa mantannya!"ucap ryan sambil menyeruput secangkir kopi yang baru digiling menggunakan grinder, menguapkan asap meliuk-liuk menari, bergerumul pelan.
"emang mantan
lu berapa?" sahut Hadi yang sedari tadi tak henti-hentinya
mengepulkan asap rokok di depan kami.
"iya berapa
emang? gue ga pernah liat lu jalan sama cewe" tanya Rani mendukung Hadi.
"ga
ah, tar gue di bilang sombong lagi, tanya tuh jimmy. berapa jim?" ujar
ryan sekaligus melemparkan pertanyaan yang membuyarkan lamunanku pelan.
"sorry gue
bukan pengamat alay" jawabku ketus. serontak cafe itu bergemuruh oleh
gelak tawa kawan-kawanku.
Suatu ketika, saya
pernah muda. tubuh bertambah tinggi, wajah mulai jerawatan, dan mulai tertarik
dengan lawan jenis.Jadi saat itu saya duduk di kelas 3 Sekolah Menengah Atas.
Masa peralihan dari anak piyik, menjadi anak ayam. masih kurus, dan masih
bingung antara belok kanan dan belok kiri.
Suatu hari
terjadilah peristiwa dimana saat itu di dalam kelas, kami di perkenalkan wali kelas, seorang
murid baru. Seorang siswi yang berasal dari ibukota. Kalau boleh saya jujur, jantungku bereaksi ketika kutatap wajahnya saat itu. Seketika diri ini serasa seperti sedang dalam ajang lomba lari maraton. Bergedup kencang. Baru kulihat seorang gadis dengan wajah amat cantik jelita, putih
berseri, rambut kemerah-merahan, alis tipis nan melengkung sempurna dan bibir tipis merah merona, sungguh! saya amat
yakin perempuan ini membuat pujangga pun jatuh cinta.
"halo, nama saya Aurora
Anastasya Elbar, panggil saja Ola" ucap gadis itu
Gemuruh kelas saling sahut menyahut ingin bertanya kepada gadis itu. Terutama anak laki-laki. Aku pun sebenernya ingin melakukan hal yang sama, namun mulut sepertinya tidak berfungsi sebagai mana mustinya.
Gemuruh kelas saling sahut menyahut ingin bertanya kepada gadis itu. Terutama anak laki-laki. Aku pun sebenernya ingin melakukan hal yang sama, namun mulut sepertinya tidak berfungsi sebagai mana mustinya.
Sebelum saya lanjutkan, mohon jangan samakan cerita ini dengan novel karya ayah pidi baiq, Dilan 1990. Saya bukan dilan, dan gadis disini bukan milea, jadi mohon jangan berharap ada sajak indah nan romantis. kalau ga percaya baca aja.
Sudah 2 hari berlangsung, sejak sesi perkenalan dengan anak baru itu. Aku sebagai penghuni bangku belakang agak merasa risih, karena gadis itu kini duduk di bangku tepat di baris ke enam paling pojok kelas dimana posisiku berada. lebih tepatnya, persis di depanku. Dimana penghuni sebelumnya ninda mengajukan permintaan ke walikelas untuk pindah ke depan karena pengaruh matanya yang sudah minus 10.
Di depanku duduk seorang gadis cantik, berambut pendek seleher dengan poni pirang lurus mengikuti trend saat itu. 1 lagi bonus yang kudapatkan ketika duduk di belakangnya, rambutnya harum.
.............................
Aku ngantuk, sekian dulu.
Di depanku duduk seorang gadis cantik, berambut pendek seleher dengan poni pirang lurus mengikuti trend saat itu. 1 lagi bonus yang kudapatkan ketika duduk di belakangnya, rambutnya harum.
.............................
Aku ngantuk, sekian dulu.
No comments:
Post a Comment
Silakan comment, curhat, kritik, dan saran disini. Gratis.